Mengapa Gw Terusik Dengan “Tes Keperawanan”

Kemarin saya membaca berita tentang rencana melakukan tes keperawanan di SMA (link berita di kompas.com: http://regional.kompas.com/read/2013/08/19/2212178/Siswi.SMA.di.Prabumulih.Wajib.Tes.Keperawanan). Alasannya karena marak praktik mesum atau prostitusi oleh siswa.

Bahwa pemerintah (pusat atau daerah) sering mengeluarkan ide-ide absurd dan bodoh mungkin bukan sesuatu yang baru. Ada ide-ide aneh yang memang lahir dari keterbatasan fungsi otak pejabat tertentu. Tetapi ada juga ide-ide yang sebenarnya sangat “logis” dari perspektif mereka (misalnya, bisa memperkaya kantong sendiri atau kantong partai). Saking seringnya mendengar soal ide-ide kebijakan bodoh atau licik ini, gw sampai udah terbiasa. Dengan kata lain, sudah kebal/baal, sampai tidak merasakan apa-apa lagi.

Tetapi entah mengapa untuk wacana yang satu ini, jujur gw merasa terusik. Mengapa? Beberapa alasan:

  1. Asimetri gender. Lagi-lagi, wanita berada dalam posisi dipojokkan. Mengapa hanya status keperawanan yang harus diuji? Mengapa tidak keperjakaan? Mengapa wanita wajib menjaganya, tetapi pria tidak? Gw yang pria aja merasa marah mendengarnya. Ini hampir sama dengan kasus perkosaan tetapi yang disalahkan wanita (dengan alasan: karena busananya “mengundang”, atau gerak-geriknya “genit”). Wanita ditempatkan dalam posisi yang lebih rendah karena dia wajib menjadi obyek “pemeriksaan”, tetapi pria tidak.
  2. “Tetapi pria kan tidak bisa dites keperjakaannya?” Betul! Supaya fair, jangan juga mengetes keperawanan wanita dong?
  3. Violation (gw gak ketemu terjemahan yang pas buat kata ini) dari bagian terprivat wanita. Keperawanan dan kemaluan wanita adalah hal terpribadi milik wanita tersebut, dan tidak selayaknya dilihat, diobok-obok oleh orang lain tanpa seijinnya. Jika ini dilakukan oleh agen negara, maka seharusnya sudah masuk pelanggaran HAM.
  4. Terkait dengan poin di atas, adalah dampak humiliation (mempermalukan) dan discomfort (ketidak-nyamanan) dari prosedur tes keperawanan. Begini deh, gw yang cowok pernah tes hernia, di mana gw mau gak mau harus mencopot celana di depan dokter. Untuk prosedur medis saja gw sudah merasa tidak sangat nyaman, padahal prosedur ini dilakukan seijin gw sebagai pasien (dan prosedur lebih diarahkan pada dinding perut bawah/dekat testikel, bukan penis). Nah bagaimana perasaan anak remaja putri yang harus menjalani ini?
  5. “Dana tes akan diambil dari APBD 2014”. Entah ini akal-akalan untuk memperkaya partai, tetapi seharusnya pembayar pajak marah karena pajak mereka digunakan untuk hal seperti ini. Bagi pembayar pajak yang memiliki anak remaja putri, sama saja anda telah membiayai orang asing untuk bisa mengintip alat vital putri anda sendiri. Nggak marah ya?
  6. Daripada tes keperawanan, lebih baik modul pendidikan seks (termasuk resiko2 kesehatan dari aktivitas seks dini). Buat gw ini adalah pendekatan yang intelek, preventatif, dan menghormati pelajar sebagai manusia. Selain itu, tidak ada pembedaan putra dan putri. Kedua gender harus tahu risiko dan konsekuensi dari hubungan seks di usia dini. Jika masih ingin ditambahkan ancaman neraka, silahkan dilakukan di forum yang lebih tepat, misalnya kelas agama.

Apakah gw mengabaikan adanya masalah praktik mesum atau prostitusi di sekolah yang disinggung dalam artikel di atas? Tidak sama sekali. Itu bisa jadi isu riil dan perlu pembahasan tersendiri untuk mencari solusi atau pencegahannya. Tetapi buat gw pribadi, konsep “tes keperawanan” tidak bisa diterima untuk alasan-alasan di atas.

Gw bukan ahli pendidikan, atau psikolog, atau pakar apapun. Jadi semua yg gw tulis ini hanya opini awam saja, yang berusaha berempati dengan siswi SMA jika tes keperawanan ini benar-benar diterapkan. Jika sekolah konon adalah tempat mempersiapkan siswa menjadi “manusia” dewasa, mengapa sekolah justru melakukan hal-hal yang merendahkan ke-manusia-an (dehumanize) mereka? Tidakkah ini absurd?

Categories: Negeriku

27 Comments »

  1. Aku mbyangin gimana rasanya ketika aku harus jadi siswi yang dites, pasti gak nyaman banget. Secara itu pribadi banget kan ya?
    Remaja cewek sama Mama aja malunya minta ampun apalagi sama orang yang baru kenal terus liat-liat dan pegang-pegang… 😦 😦
    Ada-ada aja deh idenya. Ngaco.

  2. Setuju! karena gak semua keperawanan hilang karena sex bebas yang dilakukan oleh si wanitanya. Banyak kasus karena perkosaan atau justru kecelakaan. Kalau sudah gitu, itu kan bukan maunya si wanita ya untuk kehlangan miliknya yang paling berharga.

  3. Ada hal lain yang cukup penting untuk dipertimbangkan, bahkan sampai saat ini saya tidak tahu bahwa keperawanan bisa dites/dibuktikan secara benar-benar sahih.

    Tentu akan aneh jika kita melakukan suatu tes untuk menentukan objek uji yang tidak memiliki alat ujinya. Coba, apa yang bisa digunakan untuk menentukan keperawanan? Ini adalah ide salah kaprah yang sudah berlangsung sejak lama, dan anehnya kalau masih ada yang percaya ide dongeng ini bisa dipaksakan untuk diwujudkan.

  4. Kasihan sekali para gadis-gadis itu, kalau memang tes keperawanan nantinya diadakan.
    gue setuju nih dengan opininya, karena emang ngga nyaman bagian yang paling privat harus dibuka oleh orang yang tak dikenal

  5. Double standard banget ya pemikiran orang-orang itu. Gue kalo jadi siswi sekolah itu jg mau menuntut setiap guru di-tes keperawanannya. Siapa tau nanti gurunya ngajakkin murid utk maksiat. Gurunya juga harus “suci” dong lol 😉 Which btw memang tanda perempuan baik dan benar itu dari keperawanannya ya? Sooo narrow minded these foolish people. What a shame! Sekolah seharusnya menjadi institusi pendidikan, bukan keperawanan. Virginity has nothing to do with education!

  6. menurut saya pribadi,,, ini sangat tidak berguna sama sekali,,, buat apa periksa alat vital remaja putri agar mengurangi prostitusi/sex di luar nikah,, hal ini sangat mencemooh hak remaja putri, kesannya seperti binatang, cek barang pribadi di depan (mungkin bukan dari pihak RS/dokter, mungkin hanya kaum biasa saja yang ingin melihat “barang” remaja putri secara gratis)

    jika saya sebagai orang tua yang menerima kabar ini, saya akan merasa risih,jengkel,tidak setuju, dan marah,, kok anak perempuan saya diliat liat barang intimnya hanya dengan alasan banyaknya praktek mesum dan prostitusi,,, bukannya dari pihak sekolah seharusnya memberikan informasi sex dini yang berkualitas, ini malah melihat barang intim secara gratis dan mungkin paksaan karena kewajiban dari pihak sekolah.

    lebih baik dengan cara pengenalan sex dini sejak remaja baik dari segi orang tua maupun dari segi sekolah,, bukan melihat barang fisiknya!
    ini kan tidak logis,,,
    dan mereka percaya bahwa dengan cara ini mengurangi mesum/prostitusi? bagi saya ini bukan jalan yang terbaik.

    mudah2an saja orang2 yang punya ide dengan tes keperawanan ini,, lebih baik banyaklah bergaul dengan orang2 yang berpendidikan dan belajar cari2 informasi yang beredukasi.

  7. Very well said! Thank you for speaking up with logic and moral values. I’m sure a lot of rational people, especially parent and young female teens, will agree with your opinion. I certainly agree. I also want to add something of this ridiculous idea: Kalau ada yg terbukti udah gak perawan, terus mau diapakan anaknya? Mau dikeluarkan dari sekolah, disuruh nikah muda, diungkap sehingga jadi bahan gunjingan teman-temanny? Kok jadi lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya. Dan kalau ternyata tes itu salah (namanya alat tes selalu ada kemungkinan sekian % tidak akurat dong), gimana gak menghancurkan jati diri anak-anak perawan yg divonis udah gak perawan?! This idea is disturbing, really.

  8. pelecehan terhadap kaum wanita! kalau begini terkesan wanita yang gak bisa menjaga. lalu bagaimana dengan pria? khususnya pria-pria yang doyan ‘jajan’ sana sini atau permainkan wanita sana sini? mereka lupa mereka lahir dari siapa.

  9. ga setuju banget lah .. ini niat mendidik atau mendiskriminasi ! mungkin mudah untuk para dewan mengucapkan ini semua , tapi ga mikir gimana kedepannya . secara logika aja udah ga bisa diterima , semua itu kan privasi masing2 orang ! jujurnya ya , seandainya kita tanya balik ke para dewan DPRD atau kita tanya balik ke yang meriksa , emang mau organ intimnya diliat dan dipegang2 ??.

    atau mungkin emang akal2an dewan DPRD aja untuk ngebuat ladang uang , alias KORUPSI ! dengan cara mengorbankan para wanita !!

    wanita itu adalah makhluk yang mulia ! kita sebagai pria harusnya dan diwajibkan melindungi wanita bukan malah menindas dan melecehkan!!

  10. saya setuju dengan pendapat kalian semua. biasanya kalo yg kaya begini malah disalahgunakan dan cenderung mengarah ke penyimpangan!! apa susahnya sih meluangkan waktu dimana akhlaq serta moral siswa dibina dengan baik? daripada ngehamburin duit cuman buat sesuatu yg “sekuhara” gini. di Islam aja ada batasan melihat aurat sesama perempuan. laah, kalo misal harus sama laki-laki o_O)”
    toh kalo ga perawan lagi urusannya sama Allah swt.

  11. And as usual, your “awam” opinion represent our thoughts as truly awam. I amazed by how they think this is a good idea. What’s on their mind?

  12. Daripada mereka ngurusin alat kelamin orang, mendingan periksa otak dan kewarasan masing-masing, niscaya hasilnya bisa berguna untuk introspeksi diri, itu pun kalo’ masing-masing masih bisa berpikir.

  13. urusin diri sendiri dan keluarganya sendiri dulu aja.. check anak perempuan atau ponakannya sebdiri dulun aja apa mereka masih perawan gak.. kalo orang tua tuh anak gak masalah trus mau gimana ?

  14. Saya pribadi sebagai seorang dokter pria aja kadang risih juga jika harus terpaksa melihat punya cewe maupun cowo, apalagi jika ide ini direalisasikan untuk mereka yang jelas jelas tidak ada indikasi medis. Secara etis, saya kira ini hal yang tidak dibenarkan untuk profesi kami. Berdasarkan prinsip autonomy dan anonimitas. Apalagi hasilnya harus diberikan ke pihak ketiga..

    sebenernya banyak hal yang lebih urgent, seperti masalah kecurangan unas, pendidikan moral yang bullshit di sekolah, dan kualitas para guru. Srmoga cuma jadi sekedar wacana.

  15. Setuju dengan semua poin di atas. Ini adalah proposal kebijakan yang diskriminatoris dari awal. Saya juga memikirkan soal implikasi dan signifikansi hasil tes ini. Misal, calon siswi A dinyatakan “tidak perawan” setelah tes, apakah siswi ini akan dilarang bersekolah seumur hidupnya? Jika ya, maka kebijakan ini malah merenggut hak dasar dari manusia–pendidikan.

    Lalu, setelah mengetahui “proporsi siswi yang perawan/tidak perawan”, apa yang akan dilakukan pemerintah? Apakah dapat timbul gagasan proposal kebijakan untuk menyelesaikan persoalan dari hulu (bukan dari dari hilir) terkait tingginya kasus prostitusi yang melibatkan remaja (yang faktanya sudah mereka ketahui bahkan sebelum tes semacam ini diajukan?)

  16. Well, selama ini kalau ada berita yang mencuat seperti jenis kontroversial begini, tidak pernah ada disebutkan secara jelas orang-nya siapa ? terutama pencetus ide itu siapa, instansi yang sangat jelas dari daerah mana, divisi mana, team-nya siapa dan berapa orang.

    Penerapan ide-nya itu sendiri juga tidak jelas, bagaimana cara memeriksa-nya, apakah oleh dokter pria, atau wanita, kalaupun tidak oleh dokter / diarahkan oleh dokter dan diperiksa oleh orang tua sendiri, bagaimana prosedur-nya.

    Kalau semua jelas dari awal, akan mudah sekali bagi orang awam dan publik bisa melihat sebesar apa kredibilitas mereka, sebesar apa kemampuan mereka, seperti apa history hidup mereka sehingga bisa mencetuskan ide seperti ini.

    Kalau niatnya hanya sekedar mengetahui dan bisa menjadi filter dan pencegahan putri / wanita untuk tidak melakukan seks bebas sebelum nikah, bisa jadi parameter yang jelas. Tapi kembali lagi, seperti beberapa komen teman2 di atas, setelah itu apa ? efeknya apa ? ada sanksi ? dan maaf, tanpa ada niatan menuding dalam unsur agama, apakah di rajam ?

    Sekolah yang berasaskan suatu keyakinan agama, apabila benar-benar menerapkan hal tersebut, mungkin orang tua yang cukup waras akan langsung mengeluarkan anak-nya dari sekolah tersebut dan pindah ke sekolah yang tidak menerapkan keharusan untuk memeriksa keperawanan.

    Satu lagi, mungkin juga umat yang loyal / mempunyai keyakinan akan agama tersebut akan krisis iman ( bagi yang tidak kuat imannya ), bahkan lebih jelek-nya lagi pindah keyakinan. Padahal Agama tersebut tidak salah, yang salah adalah oknum-oknum / institusi yang mengatasnamakan.

    Saya pribadi merasa miris dengan hal-hal yang bagus dimanfaatkan hanya untuk kepuasan / niatan pribadi sementara dengan pengertian terhadap keyakinan akan agama yang sangat dangkal

  17. katanya kita budaya timur yg sopan dan santun.kok bisa muncul ide tes perawan?
    Coba yg kasi ide ini,anak nya atau sanak saudaranya duluan di test.di “obok-obok” kemaluan nya lalu di umumkan bahwa anak atau sanak saudaranya perawan atau tdk,gmn perasaannya?
    Saya tdk berpendidikan tinggi,tp kok yg kasi ide itu IQ nya lbh jongkok dari saya ya?

  18. Pingback: Agnesia
  19. setuju sobb….ide konyol tuh..tes keperawann
    gile apa ngobok2 barang cwe…mending bener…dah masalah perawan atau nggak mah tanggung jawab si wanita itu sendiri…kan konsekuensinya dia yang tanggung jadi pemerintah sebaiknya gausah ikut campr karena masalah yg penting aja bul di kelarin..yaitu KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA…jagan sampe tuh cma jadi Slogan belaka….

Leave a comment